Sunday, 15 March 2015

Manajemen Talenta

Kenyataan :
Manajemen talenta ini memang sangat tidak tidak terasa dan baru dipandang penting pada saat kita sudah tidak bisa membenahinya dalam waktu singkat karena bersifat jangka panjang, bertumbuh, dan kultural. Beberapa penelitian membuktikan, ketika masih dilapangan, relatif masih banyak pemimpin yang memperhatikan dan meng-coach bawahannya. Ketika mereka naik ke jabatan yang lebih tinggi, apalagi paling tinggi, ketika lampu sorot sudah diarahkan pada kinerjanya biasanya semangat mengurus manusia menjadi hilang. Bila startegi dan sistem pengembangan manusia tidak diprioritaskan lagi, akan terbengkalailah pekerjaan manajemen talenta ini.

“Leaders create leaders”, sebuah prinsip yang harus diciptakan disetiap perusahaan. Brian Kibby, Presiden McGraw-Hill Higher Education, pemimpin yang rajin memang harus meluangkan waktu, mengadakan kontak mata, dan memperhatikan orang-orangnya dengan saksama. Waktu surat-menyurat dan rapat koordinasi perlu diskedul sedemikian rupa agar ia tetap mempunyai kesempatan untuk berinteraksi secara interpersonal. Bila hal ini tidak dilakukan, bisa jadi pemimpin kehilangan kepekaan mengenai manpower-nya.

Menurut Kibby, pemimpin harus menjadi role model dalam sikap belajar. Bila seorang CEO selalu menanyakan pertanyaan yang sama kepada setiap karyawan yang ditemuinya di lift,”Apa yang sedang kau pelajari saat ini?” bukankan ini akan merangsang semua orang untuk siap belajar ?.

Para pemimpin harus tahu bahwa strategi dan eksekusi harus sejalan. Karyawan harus tahu bahwa mereka harus bertindak kolektif secara kultural, di saming juga berprestasi secara individual.
Ini semua karena,”our leaders are deeply engaged in and accountable for spotting, tracking, coaching, and developing the next generations of leaders”.


Disadur dari Eillen Rachman, Experd character building assesment & training, Kompas, sabtu 14 mar 15

No comments:

Post a Comment