Saturday, 7 March 2015

Akar solusi : bidang pertanian

Kenyataan :
Kompas, kamis, 5 maret 2015

Pengamat pertanian dan dosen Falkutas Teknologi Pertanian Universitas Semarang, Rohadi Djarot, berpendapat, seharusnya pemerintah tidak perlu panik dalam menyikapi kenaikan harga beras. Kenaikan harga beras tidak memiliki implikasi atas harga komoditas lain. Berbeda sekiranya yang naik itu harga bahan bakar minyak. Kasus kenaikan harga beras bukti pemerintah belum siap menghadapi swasembada pangan. Petani semestinya memperoleh keuntungan dari panen padi yang berlimpah, tetapi kenyataannya saat panen berlimpah justru harga gabah anjlok. Akibatnya, petani tidak untung. Jika beras melimpah, harga anjlok, keuntungan diambil pedagang. Di sisi lain, penggerak naiknya harga beras itu juga ulah sebagaian pendagang dan tengkulak besar. Mereka merupakan mitra pemerintah yang menyuplai beras untuk stok.

Solusi :

Saya setuju dengan pendapat diatas. Karena hanya dengan kejujuran harga beras dapat diterima pasaran atau masyarakat dan petani dapat makmur dan sejahtera. Sudah menjadi kenyataan dan berjalan bertahun-tahun bahwa beras jadi “mainan” oknum, untuk mencari keuntungan.
Memutus oknum yang mencari keuntungan semata adalah dengan cara untuk mendukung petani beras untuk sejahtera dan makmur, dengan cara memberi modal ringan untuk bertani. Keterjaminan pupuk yang murah dan buatan sehingga tidak terlalu banyak yang dikeluarkan untuk modal. Bibit yang bagus, untuk menghasilkan hasil yang banyak. Memperbanyak lahan pertanian. Memperbaiki irigasi. Dan banyak cara yang bisa dilakukan.


Yang dibutuhkan hanya satu, KEJUJURAN. #marikitabelajar

No comments:

Post a Comment